27 December 2016

Separuh musim ala Napoli: antara ledakan gol dan naluri bertahan hidup

Napoli menutup paruh musim gugur Serie A musim 2016-17 dengan gol telat Manolo Gabbiadini pada menit ke-90+3 di Stadion Artemio Franchi pada Kamis (22/12) silam, memastikan pasukan asuhan Maurizio Sarri ini mengemas satu poin kembali ke kota Naples dengan menahan imbang tuan rumah Fiorentina 3-3.

Dengan hasil ini, mereka menyambut libur musim dingin dengan bercokol di peringkat ketiga klasemen sementara, mengemas total 35 poin dari 18 pertandingan, dengan rincian 10 kali menang, 5 kali imbang, dan 3 kali kalah. Roma, pesaing terdekat mereka, mendahului di peringkat kedua dengan perbedaan tiga poin; sedangkan rival utama dalam tiga musim terakhir, Juventus, masih nyaman di puncak klasemen dengan selisih tujuh poin.

Partenopei telah melalui separuh musim pertama yang penuh rintangan, setidaknya bila dibandingkan dengan pencapaian mereka musim lalu. Tim yang bermarkas di Stadion San Paolo ini tentu saja memulai musim dengan merelakan perginya bomber utama Gonzalo Higuain ke pesaing utama mereka Juventus dengan banderol 90 juta euro, memecahkan rekor transfer Italia dan mematahkan hati ribuan suporter setia. Tibanya penyerang muda Polandia Arkadiusz Milik hanyalah satu-satunya transfer top yang dilakukan pemilik eksentrik Aurelio Di Laurentiis untuk mengisi lubang yang ditinggalkan Higuain, selain gelandang Emanuele Giaccherini dan Piotr Zielinski.

Marek Hamsik dkk memulai musim yang sebenarnya dengan ditahan imbang tim promosi Pescara 2-2 di kandang lawan. Dalam sepuluh pertandingan pertama, mereka naik-turun dari peringkat kesepuluh di pekan pertama, duduk sejenak sebagai capolista setelah mengalahkan Bologna di pekan keempat, sebelum terbuang ke posisi ketiga di pekan kesepuluh.

Krisis tiba pada awal Oktober. Napoli menelan kekalahan pertama di liga pada 2 Oktober, 1-0 dari tuan rumah Atalanta, meskipun tak menggusur mereka dari peringkat kedua. Setelah itu, Milik terkapar cedera saat bermain bersama tim nasional Polandia. Hilangnya mantan striker Ajax Amsterdam itu berarti hilangnya mesin gol utama tim yang telah mencetak empat gol dari tujuh partai, termasuk dwigol apik kala menggilas Milan 4-2 di kandang pada akhir Agustus. Di titik krusial, Sarri terpaksa memplot Manolo Gabbiadini sebagai ujung tombak tim.

Celakanya, lawan Napoli selanjutnya adalah Roma, musuh bebuyutan mereka di Derby del Sole. Dibayang-bayangi penampilan luar biasa Edin Dzeko, Gli Azzurri terpaksa tunduk 1-3 di kandang sendiri. Garam kembali tertabur di atas luka saat sekali lagi mereka kalah di depan suporter sendiri, kali ini ditaklukkan Besiktas 2-3 di partai fase grup Liga Champions. Mimpi Sarri untuk mengudeta posisi Juventus seakan memburam dengan terlemparnya pasukannya hingga anak tangga kelima.

Di sini, survival instinct Sarri memainkan peran yang penting. Ia berpengalaman dalam hal ini: Sarri membawa Empoli, tim yang berisi pemain buangan dan pemuda tak berpengalaman promosi ke Serie A dan bertahan di posisi ke-15 kala para pengamat memprediksikan mereka akan terbuang kembali. Ia memilih berpegang teguh pada formasi 4-3-3-nya.

Dalam hal ini, Sarri diuntungkan dengan lini depan Napoli yang boleh dikatakan cukup berkualitas. Untuk mengisi posisi ujung tombak yang kosong, Sarri memplot Dries Mertens, yang boleh dikatakan terpinggir pada masa jayanya Higuain dan semakin terbuang dengan tibanya Milik, sebagai pengganti darurat.

Siasat Sarri terbukti ampuh. Diberi kepercayaan penuh, penyerang asal Belanda ini meledak: tiga belas gol ia cetak di seluruh pertandingan, termasuk gol penutup kontra Benfica yang memastikan posisi Napoli sebagai juara Grup B di Liga Champions dan meloloskan mereka ke fase gugur. Jangan lupakan pula berondongan empat golnya ke gawang Joe Hart saat Torino datang melawat ke Naples, yang mengembalikan mereka ke tiga besar buat kali pertama dalam enam pekan terakhir.

Sememangnya, kekuatan utama Napoli pada musim ini terletak di lini depan. Diisi pemain sekaliber Insigne, Milik, Callejon, dan Mertens, Napoli telah mencetak total 40 gol: terbanyak di liga sejauh ini, dan pas setengah dari yang mereka cetak sepanjang musim lalu. Selain dari lini depan, lini tengah mereka juga terbukti dapat diandalkan secara ofensif: kapten Marek Hamsik selain menjadi pemberi assist terbanyak buat tim (5 assist), juga berstatus pemain non-striker dengan catatan gol terbanyak (5 gol), berimbang dengan Insigne.

Menarik pula untuk diperhatikan bahwa 80% dari gol-gol Napoli berasal dari open play, angka yang cukup mencolok bila dibandingkan dengan Juventus (61%) dan Roma (62%), dua pesaing berat mereka. Strategi ala Sarri, juga melahirkan tim yang mengandalkan umpan-umpan pendek namun efektif: Napoli rata-rata melakukan 602 umpan pendek dalam satu laga dengan efektivitas 88%, sekali lagi superior bila dibandingkan dengan Juventus (457 umpan per laga, 84%) dan Roma (452 umpan per laga, 83%). Tak heran bila beberapa pengamat menjuluki sepak bola yang mereka mainkan sebagai salah satu yang paling menghibur di tanah Italia saat ini.

Tentu saja, beberapa aspek masih harus dibenahi oleh Sarri sepanjang libur musim dingin untuk menyongsong paruh kedua 2016-17 yang tampaknya bakal brutal bagi timnya.

Pertama, Sarri perlu memastikan fokus timnya tak terbelah antara liga domestik dan Eropa. Napoli akan menghadapi juara bertahan Real Madrid di 16 besar. Kali terakhir mereka bermain di fase gugur Eropa adalah 2011-12, kala disingkirkan wakil Inggris Chelsea di fase yang sama. Dari pertengahan Februari sampai awal April, mereka akan menghadapi sederet lawan berat yang: dimulai dari Real Madrid, Atalanta, Roma, Real Madrid (lagi), Juventus, dan ditutup oleh Lazio. Fase ini akan menjadi penentu utama nasib mereka di akhir musim. Ditambah pula, mereka harus berkompetisi di Coppa Italia; meski turnamen ini tak tampak menjadi prioritas utama Sarri.

Kedua, lini depan yang selama ini telah menjadi tali penyambung hidup tim, harus menjadi fokus utama. Dengan perginya Gabbidiani, Napoli dilaporkan akan merekrut striker Genoa Leonardo Pavoletti. Milik dijadwalkan akan kembali merumput selambat-lambatnya pada bulan Februari, membuat Sarri boleh sedikit bernafas lega menghadapi jadwal yang berat. Namun klub tak boleh lengah mengingat stok penyerang sewaktu-waktu bisa menipis, apalagi jika Mertens tak kunjung ditawari komitmen permanen untuk mengikatnya lebih lama di San Paolo: kontraknya habis pada akhir musim depan, dan ia (bersama Insigne) terus dikait-kaitkan dengan kepindahan ke klub besar lain di Inggris, Perancis, atau Spanyol.

Pada akhirnya, Napoli masih bisa bermimpi untuk mengakhri musim dengan menjulang scudetto di akhir musim asalkan dapat menjaga disiplin tim dan tak abai mengintai peluang. Dengan persaingan di sepuluh besar yang makin brutal karena munculnya tim-tim tak diduga seperi Atalanta dan Torino, ditambah dengan menguatnya Milan dan Lazio, pasukan kebanggaan wilayah selatan Italia ini harus hati-hati menjaga jarak dan memaksimalkan setiap pertandingan untuk meraup tiga poin. Selain itu, celah-celah kelemahan Juventus dan Roma harus dapat di-fait accompli oleh pasukan biru dari Naples ini, mengingat kedua tim itu bukanlah tanpa cela.

Bila scudetto sepertinya jauh dari jangkauan tangan, maka satu tiket menuju Eropa tampaknya cukup menjadi kuncian aman buat Partenopei.

Pertama kali tayang di Super Soccer Indonesia. 

No comments:

Post a Comment