08 November 2016

Tangan dingin Conte yang membebaskan Hazard

Pada titik ini tahun lalu, Eden Hazard barangkali sedang menatap titik nadir karir sepak bolanya. Mesin golnya seakan memperlakukan kegagalan mencetak gol penalti ke jala Maccabi Tel Aviv di fase grup Liga Champions sebagai sahur pembuka puasa gol 30 pertandingan sampai akhir Januari 2016, saat tendangan penaltinya menjebol gawang Milton Keynes Dons di Piala FA.

Pria Belgia yang menyabet gelar Pemain Terbaik versi PFA semusim sebelumnya ini mengakhiri musimnya dengan total empat gol di Liga Premier, catatan terburuknya sejak memulai karier profesional bersama Lille di Liga Perancis tujuh tahun silam. Beberapa kali absen karena cedera tak menghentikan Jose Mourinho, pria Portugal yang dipecat jelang Natal itu, untuk mengkritik performanya, langsung maupun tidak. Kedatangan Guus Hiddink sebagai nahkoda sementara tak juga mampu memperbaiki performanya.

Tidaklah mengherankan jika kedatangan Antonio Conte dari Italia memberikan angin segar bagi gelandang berusia 25 tahun ini. “Saya akan tetap menjadi seorang pemain yang sama,” ujarnya pada awal musim ini, “tetapi Conte tahu cara memperlakukan pemain.”

Kenyataannya, Conte memang tahu cara memperlakukan pemain. Segera setelah mengambil alih tampuk kekuasaan di Stamford Bridge, mantan kapten dan pelatih Juventus ini menerapkan skema 3-4-3 andalannya, yang sukses membawa Juventus bangkit menjadi penguasa Italia pada empat musim terakhir. Hazard dikembalikan ke posisi naturalnya di flank kiri, dengan tanggung jawab untuk lebih banyak maju ke depan.

Selain itu, Conte juga memperbaiki kesalahan Mourinho yang paling fatal: memberikan Hazard tanggung jawab untuk bertahan. Sepanjang karirnya, Hazard bukanlah seorang Deco, Ricardo Quaresma, atau Cesc Fabregas yang dapat diandalkan untuk naik-turun menyokong penyerang sembari memperkuat pertahanan. Memaksanya ikut bertahan, seperti yang dilakukan Mou dalam formasi diamond 4-2-3-1, terbukti gagal total musim lalu karena hilangnya sosok gelandang pekerja keras macam Frank Lampard. Alih-alih, Conte menumpukan kekuatan lini tengah pada duet gelandang Kante dan Matic, memberikan lebih banyak ruang bagi Victor Moses di kanan dan Marcos Alonso di kiri untuk menciptakan umpan-umpan panjang yang mematikan ke depan. Dari segi penyerangan, ia jauh lebih bebas di bawah Conte ketimbang Mou.

Skema seperti ini bukan hal yang awam buat Hazard. Di awal-awal kariernya di Lille, Rudi Garcia memainkannya sebagai sayap yang dapat bergonta-ganti posisi dalam formasi 4-3-3 yang mirip-mirip. Di timnas Belgia, ia juga menempati posisi yang lebih kurang sama, bahu-membahu bersama Kevin de Bruyne di sayap kanan dalam formasi 4-3-3 ataupun 4-5-1 yang lebih ofensif di bawah Marc Wilmots. Jangan lupa, kecepatan dan kelincahannya di sayaplah yang membuat Roman Abrahamovich rela menggelontorkan 32 juta poundsterling untuk memboyong pria kelahiran La Louvière ini dari Stade Pierre Mauroy pada bulan Juni 2012.

Barangkali ulasan Thierry Henry yang paling pas menggambarkan situasi ini. “Musim lalu dia (Hazard) akan memilih untuk mengoper balik bola ke belakang,” ujar legenda Arsenal itu usai Chelsea mengalahkan Southampton akhir pekan lalu. “Tapi sekarang dia selalu berpikir untuk mencetak gol, dan terus menggiring dengan kaki kirinya, lalu boom, gol.”

Ya, Hazard merayakan kebebasannya dengan dentuman assist dan gelontoran gol. Ia telah mencetak 5 gol dan 1 assist saat liga baru berjalan sepuluh laga, melebihi koleksi totalnya musim lalu. Ia bahkan tampak lebih banyak berada di depan ketimbang Costa. Menurut statistik yang dirangkum Opta, sejak Chelsea mulai bermain dengan tiga bek pada laga kontra Hull City 1 Oktober silam, Hazard lebih sering maju ketimbang Costa dalam setiap laga kecuali ketika melawan Manchester United. Persis seperti seorang classic number 10, tak ada yang pasti kapan Hazard bermain sebagai gelandang dan kapan berubah jadi penyerang.

Pujian dan pengakuan, hal yang langka buatnya musim lalu, mulai kembali mengalir. Mntan skipper The Blues John Terry memuji performanya di laga pembuka kontra West Ham. “Dia selalu yang terhebat bagi saya,” ujar Terry. Tiga bulan berselang, giliran Claude Puel yang angkat bicara. “Ia kembali setelah musim lalu yang sulit, dan ia kembali ke tingkat yang sangat baik,” puji pelatih kepala Southampton ini. Anak buahnya baru saja dikalahkan dua gol tanpa balas oleh tim London itu; Hazard mencetak gol perdana dengan memanfaatkan assist dari Moses.

Dan Hazard? Wakil Vincent Kompany di timnas Belgia ini sendiri mengakui tangan dingin Conte yang berperan besar mengembalikan performa terbaiknya. “Ia (Conte) memberitahu saya untuk maju ke depan, (tapi juga) kadang bermain melebar dan membuka permainan. Dia ingin saya mencetak gol dan membuat perbedaan,” ujar Hazard.

Pertama kali tayang di Super Soccer Indonesia.

No comments:

Post a Comment