Sore itu, hujan lebat mengguyur Pekanbaru. Sekitar jam setengah enam, hujan lebat berganti hujan rinai-rinai yang sejuk. Saya sedang dalam perjalanan menuju sebuah acara buka bersama. Di depan bundaran Mal SKA, ada sesuatu yang menarik.
Beberapa orang, yang dari pakaian dan gayanya saya taksir para aktivis Islam yang biasa kita lihat di teras-teras masjid kampus, berdiri menantang hujan di trotoar. Mereka membawa poster-poster dari kertas karton warna-warni bertuliskan "Tolak Kudeta". Salah satu dari mereka membawa kamera SLR, barangkali seksi dokumentasi.
Saya terkesiap sejenak. Kudeta apa yang mereka tolak? Apa walikota kita dikudeta?
Namun, puing-puing kesadaran saya menyatu kembali dalam waktu sepersekian detik. Kombinasi dandanan, pakaian, dan poster-poster yang mereka bawa, membawa saya kepada berita tadi pagi. Mereka bukannya sedang memprotes kudeta yang terjadi di negeri ini, bukan, sama sekali bukan. Mereka sedang memprotes kudeta yang terjadi di negeri nun jauh di sana: Mesir.
Wajah-wajah para demonstran ini tampak letih. Polisi yang berjaga pun tampak letih. Mereka bahkan sebenarnya tidak bisa disebut demonstran karena jumlah mereka terlalu sedikit. Mereka pengunjuk rasa. Namun, dari wajah mereka terpancar keikhlasan, senyum anti-kudeta, tak peduli apakah Jenderal Abdul Fatah as-Sisi, sang menteri pertahanan yang menggulingkan Mursi itu, mendengar suara mereka di kota udik nan panas ini.
Mereka mencerminkan sikap sejati seorang Muslim. Muslim itu bersaudara. Mereka tetap mendukung Mohammad Mursi, doktor teknik yang hafal 30 juz kitab Allah itu. Mursi, dan ratusan aktivis Ikhwanul Muslimin yang menjemput syahid di Maydan Tahrir atau Rab'ah 'Adawiyyah, itu saudara mereka.
Hujan rintik-rintik bertahan hingga azan Maghrib tiba. Kaki langit berubah kuning, diiringi dengungan azan lamat-lamat membubung di udara. Para aktivis tadi perlahan-lahan membubarkan diri, menuju kantong-kantong nasi bungkus dan kotak-kotak air mineral.
Di Kairo, Alexandria, Port Said, Nasr City, Ismailiyya dan di seluruh pelosok negeri Amru ibn Ash itu, jutaan rakyat Mesir yang berang memekik: 'Esqaat el nizam! Turunkan rezim!"
No comments:
Post a Comment