21 July 2013

Cerita Pak Belalang

Setiap kali pergi tarawih, saya selalu teringat lelucon lawas Malaysia.

Alkisah, pada suatu masa, di kerajaan antah berantah, hiduplah seorang ahli nujum bernama Pak Belalang. Sang ahli nujum ini kemampuannya luar biasa, pintar bukan buatan, ahli bersilat lidah tiada tara, berpetatah-petitih luar biasa fasihnya. Singkatnya, jika ilmu pernujuman ada di universitas-universitas, maka Pak Belalang inilah guru besarnya. Cerdas tiada terkira.

Syahdan, tersebutlah raja dari kerajaan tetangga yang iri hati dengan Pak Belalang ini. Maka ditantangnyalah Pak Belalang ini beradu tebak-tebak buah manggis dengan ahli nujum kerajaannya, Pak Pelanduk namanya. Pak Pelanduk ini juga seorang ahli nujum yang sakti mandraguna, berbicara alangkah lihainya. Konon tenungnya bisa melintasi samudera. Pak Belalang lawan Pak Pelanduk adalah semacam clash of the titans, pertarungan kelas adiluhung dengan menggunakan ilmu kelas pertapa.

Singkat cerita, Pak Belalang selalu berhasil menjawab pertanyaan Raja Negeri Tetangga dengan lihai dan pintar. Sementara Pak Pelanduk tampak cukup kewalahan diberondonc pertanyaan cerdas dari Raja Antah Berantah. Skor sama kuat, 10-10.

Soal penentuan. Raja Negeri Tetangga bertanya kepada Pak Belalang dan Pak Pelanduk sekaligus. Semacam soal rebutan. Yang benar menang.

"Banyak-banyak, kurang-kurang, kadang-kadang. Apakah itu?"

"Salat tarawih, Tuanku," jawab Pak Belalang tangkas.

"Mengapa pula demikian?" cecar Raja Negeri Tetangga tak sabar.

"Mudah saja, Tuanku," jawab Pak Belalang takzim.

"Salat tarawih itu Tuanku, pada sepuluh hari pertama, banyak umat yang antusias mengikutinya, sebab itulah disimbolkan dengan banyak-banyak. Tetapi Tuanku, lama kelamaan jumlah umat yang hadir semakin kurang-kurang."

"Nah, apa pula yang kadang-kadang itu?"

"Nah, Tuanku, pada sepuluh hari terakhir, umat akan semakin sibuk menyiapkan Hari Raya Idul Fitri. Mereka sibuk menyiapkan lemang, kue lebaran, mencari baju baru, ke sana kemari. Sehingga, tarawih ke masjid itu jadi kadang-kadang saja. Begitulah, hehehehehe...."

No comments:

Post a Comment