17 July 2013

Sekolah yang berubah

Saya masih cukup sering terkejut-kejut sendiri dengan perubahan yang terjadi di sekolah saya saat ini.

Misalnya, beberapa orang yang saya tahu sering duduk dan bersenda gurau di ruang-ruang kelas kami, sekarang sudah pergi. Yang ada adalah para pengganti mereka, yang beberapa dari mereka bahkan belum mengenali kami sepenuhnya.

Perpustakaan, ruang favorit saya di sekolah ini, sudah bertransformasi menjadi sebuah ruang kosong besar. Meja kayu tua dan lemari reyot masih ada, tetapi buku-buku yang biasanya ada di sana, terutama tetralogi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, telah raib entah ke mana. Mungkin dikilokan atau berakhir di gerobak-gerobak sampah, saya tidak tahu.

Lahan luas di depan sekolah kami, tempat dulu Ammar mendirikan gubuk ala Indian di semak belukarnya dan kemudian hangus dipanggang penjaga sekolah kami, kini telah berubah menjadi ladang jagung besar. Tak tersisa lagi kebun kangkung (atau bayam?) warisan ekskul berkebun yang dulu pernah saya tampilkan di majalah sekolah.

Selebihnya tidak ada yang berubah. Tiang-tiang basket masih ditelungkupkan di samping kantor. Tiang-tiang gawang bola masih terpaku bisu di kedua sisi lapangan pasir yang  becek itu. Tak ada yang bermain di sana selama Ramadan.

Sore tadi saya ke SD. Ibu saya mengikuti rapat POMG. Saya duduk di rak sepatu di koridor dekat lapangan basket, tempat kami dulu sering menyaksikan laga-laga basket dan futsal.

Guru saya, salah seorang guru SMP yang ikut ditransfer ke SD, langsung duduk di samping saya.

"Pasti beda suasananya di sana, kan?"

No comments:

Post a Comment