02 September 2015

Menggantang asap

Pagi ini, kasak-kusuk menyebar di seluruh sudut sekolah. Kabut asap yang makin menjadi-jadi sudah melapisi nyaris semua kaki langit, membuat sekolah kami tampak seperti lokasi salah satu adegan Silent Hill-nya Keiichiro Toyama. Kasak-kusuk menyebar bahwa sekolah akan diliburkan.

"Katanya sampai seminggu," ujar seorang kawan bombastis.

Meliburkan anak sekolah gara-gara persoalan asap ini bukan hal yang tak lazim di Riau. Saya ingat dua tahun lalu, waktu kelas sembilan dan tengah sibuk-sibuknya mempersiapkan UN, kabut asap juga sedang sibuk-sibuknya menggelitik kerongkongan penduduk Riau. Walhasil, sekolah diliburkan sampai dua (atau tiga?) minggu, yang tentu saja disambut gembira bocah-bocah....

Barangkali asap ini memang sudah jadi bagian dari kehidupan penduduk Riau. Saya sepulang dari Malaysia sekitar empat tahun lalu pertama-tama nyaris semaput kalau keluar rumah. Sekarang saya santai main bola di tengah asap. Mungkin lapis-lapis asap itu sudah menyatu dengan tubuh :p

Kebanyakan siswa tentu saja senang mendengar kabar-sekolah-akan-diliburkan (siapa yang gak senang dapat libur tengah pekan?), tapi ternyata ada juga mazhab yang kurang sepakat. Mazhab ini berpendapat bahwa libur berpotensi membuat kantong kering.

"Eeee, kalau libur tak ada dapat uang jajan aku do..."

Namun selepas istirahat pertama jam 10, ada pengumuman. "Semua siswa harap segera ke aula," terdengar TOA menyalak. Kami berkumpul, basa-basi singkat oleh guru, lalu langsung menuju poin utama: hari ini semuanya dipulangkan, besok juga libur. Jumat masuk lagi. Langsung pulang ke rumah, jangan ke sana ke mari, et cetera, et cetera.

HOREEEEE

Sesampainya di rumah saya cek portal berita Riau, ternyata memang benar semua sekolah diliburkan sampai Jumat. Dan Jumat itu, kalau asapnya masih betah bertengger atau malah makin membesar, ya libur diperpanjang. Di sekolah, beberapa kawan yang kampungnya dekat dengan Pekanbaru langsung menggeber motor pulang kampung; di socmed (terutama Path), anak-anak kota langsung ngebut berfoya-foya :p

Saya sih biasa-biasa saja menyikapi libur ini. Selain ada waktu untuk selo (dan mengerjakan makalah Aqidah yang gak selesai-selesai itu), ya memang asap ini mengganggu aktivitas rutin. Dan bisa juga menyelesaikan beberapa hal yang tak kunjung terselesaikan (tsah). Pengukuhan AKSI berlangsung Ahad ini, dan tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kota ini masih berasap-asap.

Harapan penduduk Riau supaya pemerintah bisa turun tangan tampaknya justru tampak macam yang digambarkan oleh peribahasa Indonesia lama: seperti menggantang asap. Sia-sia, tidak ada gunanya. Lha pemerintah di Jakarta tampaknya kurang minat mengurusi hal-hal sepele macam asap tahunan ini. Mengharapkan pemerintah daerah? Tuh gubernurnya lagi dikurung di kandang situmbin.

Anyway, saya mau selo dulu. Selamat menggantang asap, tuan dan puan.  

No comments:

Post a Comment