Sore ini AC mobil mati. Dan saya memutuskan untuk membuka kaca mobil sepanjang perjalanan pulang ke rumah.
Jarang sekali saya membuka kaca mobil ketika dalam perjalanan. Biasanya saya lebih banyak memutuskan untuk menggunakan AC yang dingin itu, apalagi di tengah cuaca Pekanbaru yang panas menghantam ulu hati.
Namun, hari ini cuaca cukup sejuk. Tak ada kabut asap, tak ada orang yang iseng menjulurkan tangannya dari angkot yang sedang berjalan. Sadar atau tidak sadar, kaca mobil adalah sebuah diskriminasi.
Terlepas dari segala keamanan yang ditawarkannya, kaca mobil bertindak sebagai sekat, pembatas. Kaca mobil telah membatasi kita dari mengamati dunia di luar mobil. Kaca adalah pembatas, sebuah partisi yang kita semua tunduk kepadanya.
Kaca mobil bertindak sebagai tiran. Kepadanya kita tunduk patuh. Ia bersekongkol dengan AC yang dingin dan nyaman, berkomplot untuk menjadikan para penumpangnya terlelap nyaman di pangkuan kursi jok yang empuk, dibuai angin dingin dari sang AC. Kita terlena, dan acap kali tak awas dengan apa yang terjadi di balik kaca itu.
Kaca (apalagi yang berselimut tabir hitam) membuat kita kerap kali tak mendapat gambaran penuh tentang apa yang terjadi di luar sana. Kita dilenakan dengan segala sesuatu yang hitam, kabur, abu-abu karena sang kaca bertabir hitam. Visualitas kita terjajah oleh kaca bertabir hitam. Warna-warni hidup di luar tak jelas. Mata kita ditutup.
Sore ini, saya memutuskan untuk tidak patuh kepada sang kaca. Kaca saya turunkan, dan angin sore berhembus, menderu melawan kencangnya laju mobil. Saya bisa melihat, di luar sana, apa yang tidak bisa saya lihat ketika kaca terpasang kokoh di tempatnya.
Hiruk pikuk pedagang di pasar yang sedang menjajakan dagangannya.
Seorang bapak tua miskin bertongkat lusuh duduk lelah di halte Trans Metro.
Tiga motor berkeranjang pacu cepat sepanjang jalan aspal, membawa semangka.
Para petugas Dishub bermuka garang mengatur lalu lintas di Simpang Garuda Sakti yang semrawut.
Truk-truk pasir satu demi satu keluar dari tambangnya yang kusam.
Dan masihkah kau percaya pada kaca?
No comments:
Post a Comment