--- seberapa besar ancaman The Hammers di musim depan?
Seperti orang Semenanjung Balkan yang tegas dan efektif pada umumnya, Slaven Bilic tak suka bertele-tele. Namun, setelah musim 2016-17 yang sulit buat West Ham United asuhannya, ia tampaknya tak bergerak cukup cepat untuk mengamankan jasa-jasa pemain yang diperlukannya pada bursa transfer musim ini.
Sejauh ini, The Hammers telah merekrut free agent Pablo Zabaleta, meminjam Joe Hart dari Manchester City, dan merogoh 24 juta paun untuk mendatangkan Marko Arnautovic dari Stoke City. Kecuali Alvaro Arbeloa yang dilepas dan Enner Valencia yang dijual ke Tigres, tak ada nama besar yang meninggalkan Olympic Stadium sejauh ini.
West Ham sendiri tentu tak perlu jauh-jauh melongok untuk mengingat bahwa tim mereka membutuhkan reformasi total. Bermain di luar Upton Park buat kali pertama, mereka berjuang keras untuk bertahan di papan tengah Liga Premier, bahkan terjebak di zona degradasi pada Oktober. Peruntungan mereka di Eropa tak pula terlalu cemerlang setelah disepak keluar tim debutan Rumania Astra Giurgiu di putaran play-off seawal bulan Agustus.
Kehilangan penyerang bintang Dimitri Payet yang pulang kampung ke Marseille pada bursa transfer Januari tentu saja hanya menambah sakit kepala bagi Bilic, yang tak mendapat bantuan memadai dari manajemen yang tengah bersibuk pula mengurus kepindahan penuh di stadion baru. Hanya Michail Antonio dan Manuel Lanzini yang dapat dikatakan menopang mereka pada paruh kedua musim, termasuk kemenangan tipis 1-0 atas Tottenham Hotspur di bulan Mei.
Finis di peringkat sebelas boleh jadi hasil terbaik yang dapat diharapkan suporter The Hammers. Bilic sendiri pantas mendapatkan sedikit pujian karena ketenangannya menghadapi masalah-masalah yang menimpa skuatnya, terutama sekitar transfer Payet.Namun, pada bursa transfer kali ini, ia tampaknya tak cukup bergigi untuk membangun ulang ruang gantinya.
Kedatangan Zabaleta untuk memperkuat lini belakang dan talenta Hart (yang kian memudar) di bawah tiang gawang jelas patut diapresiasi, namun masalah utama The Irons terletak di lini tengah dan depan.Ruang mesin yang terlalu bertumpu pada Lanzini, seiring dengan menurunnya permainan kapten Mark Noble dan badai cedera yang kerap kali singgah, dapat menjadi problem utama di musim depan. Mendatangkan Arnautovic masih akan belum mampu menyelesaikan masalah yang nyaris kelewat kronis ini.
Pun di lini depan, kemandulan luar biasa yang mereka perlihatkan musim lalu tampaknya masih belum akan terselesaikan andai Bilic gagal mendatangkan satu striker bintang yang mampu mencetak 15 sampai 20 gol tiap musimnya. Upaya membawa pulang Jermaine Defoe masih prematur, pun usaha ambisius untuk mendatangkan Daniel Sturridge. Striker paling produktif milik The Hammers musim lalu adalah Andy Carroll dengan tujuh gol: tentu saja hanya Tuhan dan Bilic yang tahu mengapa Andy Carroll masih bermain sepak bola.
Kondisi keuangan West Ham sendiri tampaknya lumayan stabil untuk mendatangkan satu atau dua nama besar lain, karena David Gold dan David Sullivan, dua pemegang saham utama, telah menjadikan klub yang nyaris bangkrut tujuh tahun lalu ini menjadi tim dengan pendapatan ketujuh terbesar di Liga Premier. The Guardian mencatat bahwa West Ham memiliki utang bersih sebesar 67 juta paun dan defisit 17.2 juta paun pada bursa transfer kali ini. Sebagai perbandingan, Chelsea defisit nyaris 60 juta. Huddersfield Town defisit 37.4 juta. West Ham masih dapat dibilang pada zona aman.
Tanpa pembelian besar-besaran pada sisa bursa transfer yang akan segera berakhir ini, sulit untuk melihat bagaimana West Ham akan bersaing di liga musim depan. Bilic harus bekerja lebih cepat dan efisien, tentu saja, untuk mengembalikan tim ke jalur yang pernah ia inginkan dulu: kontestan zona Eropa. Bila tak tercapai dalam satu-dua musim ini, sorakan I’m Forever Blowing Bubbles tak akan kedengaran begitu ramah lagi di telinga.
Pertama tayang di Football Tribe Indonesia.
No comments:
Post a Comment